Laman

KLINIK SANITASI

Sanitation clinic, Environtmental health, epidemiolog causes leader health Promotion, Management water waste treatment.

Senin, 12 April 2010

The environtment is risk factor Dengue Haemoragic Fever (DHF)

Environtment yang di sebut sebagai lingkungan akan menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, seperti yang di sampaikan dalam teori HL.Bloom. sebesar 75% faktor lingkungan berpengaruh terhadap penunjang terciptanya derajat kesehatan masyarakat yang optimal, jadi dapat pula menjadi faktor pendukung terhadap kejadian kesakitan pada masyarakat apabila tidak di kelola dengan baik.
Lingkungan yang paling berperan adalah lingkungan fisik khususnya pada permukiman penduduk, kondisi lingkungan yang buruk berakibat terhadap meningkatnya beberapa penyakit yang bersumber dari lingkungan buruk antara lain:

Demam Berdarah Dengue (DBD) 
 Aedes aegypty

Manifestasi DBD dapat bersifat asimptomatik atau menimbulkan gejala berupa:
1. demam yang tidak khas
2. demam dengue (DF)
3. Demam berdarah dengue (DHF)
4. Sindrom syok dengue (DSS)

DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue (baca: virus denggi), yang terdiri dari empat tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 (baca: virus denggi tipe 1-4), dan ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang telah terinfeksi oleh virus dengue dari penderita penyakit DBD sebelumnya. Kedua jenis nyamuk Aedes ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat2 dengan ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut. Di Indonesia virus dengue tipe 3 merupakan serotipe terbanyak dan sangat berkaitan dengan kasus DBD derajat berat dan fatal.

Patogenesis
Patogenesis terjadinya DBD hingga saat ini masih diperdebatkan. Berdasarkan data yang ada mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya penyakit ini.
Respon imun yang berperan:
1. Respon humoral berupa pembentukan antibodi
- netralisasi virus, sitolisis (komplemen), dan sitotoksisitas (antibodi)
- mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag
2. Limfosit T (CD 4/ T-helper dan CD 8) -> respon imun seluler
- TH1 : produksi IF gamma, IL-2, dan Limfokin --> aktivasi monosit --> sekresi mediator inflamasi
- TH2 : produksi IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10 --> disfungsi sel endotel dan terjadi kebocoran plasma
3. Monosit dan makrofag --> fagositosis virus namun meningkatkan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag
4. Aktivasi komplemen oleh kompleks imun--> terbentuk C3a dan C5a--> kebocoran plasma
Masa inkubasi penyakit DBD yaitu periode sejak virus dengue menginfeksi manusia hingga menimbulkan gejala klinis, antara 3-14 hari, rata-rata antara 4-7 hari.

Apa yang harus dilakukan untuk menghindari faktor resiko terjadinya penyakit DBD :

Bersihkan lingkungan dari perindukan nyamuk (sesuai dengan metamorfosa Nyamuk) antara lain breeding place pada Jentik dan nyamuk dewasa dengan cara : Pemberantasan Sarang Nyamuk - Modifikasi Lingkungan

Pakaian lengan panjang dan penggunaan antinyamuk oles (repellant) juga dapat dilakukan, terutama bagi mereka yang memasuki daerah yang diperkirakan banyak nyamuk Aedesnya.

Ternyata, banyak tindakan pencegahan yang dapat dilakukan. Tetapi, apapun cara pencegahannya, tujuannya adalah memberantas nyamuknya atau menghindar dari gigitannya. Jadi, apakah anda punya cara lain?

Pustaka
1. Epidemilogi penyakit tropis, FKM UNDIP Semarang
2. Manson's Tropical Disease
3. Genis G, dr. A Survival Guide: Demam Berdarah Dengue. BFirst Mizan.
4. Handbook, Environtmental Health, USA 1990